JANTUNG HIPERTENSI
Peningkatan tekanan darah dalam jangka
waktu lama dan tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai perubahan pada
struktur miokardium, vaskularisasi koroner, dan sistem konduksi jantung.
Perubahan-perubahan ini dapat berkembang menjadi left ventricular
hypertrophy (LVH), coronary artery disease (CAD), various
conduction system diseases, dan disfungsi sistolik dan diastolik dari
miokardium, yang bermanifestasi klinik sebagai angina atau infark miokard,
aritmia jantung (terutama fibrilasi atrium), dan congestive heart
failure (CHF). Karena itulah, penyakit jantung hipertensi (PJH) adalah
suatu sebutan umum untuk penyakit-penyakit jantung, seperti LVH, CAD, aritmia
jantung, dan CHF, yang disebabkan karena efek langsung maupun tak langsung dari
peningkatan BP.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi dari PJH adalah hal yang
kompleks dari faktor hemodinamik, struktural, neuroendokrin, sellular, dan
molekular. Di satu sisi, faktor-faktor tersebut memainkan peranan penting pada
munculnya hipertensi dan komplikasinya. Di sisi lain, peningkatan tekanan darah
itu sendiri dapat memodulasi faktor-faktor ini. Peningkatan tekanan darah dapat
menyebabkan perubahan pada struktur dan fungsi jantung melalui 2 jalan, yaitu
secara langsung dengan meningkatkan afterload dan tidak
langsung dengan perubahan vaskular dan neurohormonal.
a. Left Ventricular Hypertrophy (LVH)
Pada pasien dengan hipertensi, 15-20%
memiliki LVH. Risiko LVH meningkat 2 kali lipat diasosiasikan dengan obesitas.
Penelitian telah menunjukkan hubungan langsung antara level dan durasi
peningkatan tekanan darah dan LVH.
LVH, didefinisikan sebagai peningkatan massa di
ventrikel kiri, disebabkan oleh respon myosit pada stimulus yang bermacam-macam
yang ‘menemani’ peningkatan tekanan darah. Hipertrofi myosit dapat muncul
sebagai respon kompensasi pada peningkatan afterload. Stimulus
mekanik dan neurohormonal yang muncul seiring dengan hipertensi dapat
menyebabkan aktivasi dari myocardial cell growth, ekspresi gen, dan
karena itu menimbulkan LVH. Sebagai tambahan, aktivasi sistem
renin-angiotensin, melalui kerja angiotensin II pada reseptor angiotensin I,
menyebabkan pertumbuhan interstitium dan komponen sel matriks. Kesimpulannya,
timbulnya LVH dikarakterisasi dengan hipertrofi myosit dan ketidakseimbangan
antara myosit dan interstitium dari struktur miokardium.
Pola bervariasi dari LVH telah
dideskripsikan, termasuk remodeling konsentrik, LVH konsentrik, dan LVH
eksentrik. LVH konsentrik adalah peningkatan ketebalan dan massa ventrikel kiri
disertai peningkatan volume dan tekanan diastolik ventrikel kiri, biasa
ditemukan pada orang dengan hipertensi. LVH eksentrik adalah peningkatan
ketebalan ventrikel kiri tidak menyeluruh tetapi pada tempat tertentu seperti
septum. LVH awalnya memainkan peran protektif sebagai respon dari peningkatan
tekanan dinding untuk mempertahankan cardiac output yang
adekuat. Namun setelah itu, perkembangan ini menyebabkan disfungsi
diastolik dan sistolik miokardium.
b. Atrium kiri yang abnormal
Perubahan struktural dan fungsional dari
atrium kiri sangat sering ditemui pada pasien hipertensi tetapi tidak terlalu
diperhatikan. Peningkatan afterload mempengaruhi atrium kiri,
yaitu karena peningkatan tekanan end-diastolic ventrikel kiri
sekunder dari peningkatan tekanan darah menyebabkan gangguan atrium kiri,
penambahakan ukuran dan ketebalan atrium. Sebagai tambahan dari
perubahan-perubahan struktural tersebut, pasien memiliki faktor risiko terhadap
fibrilasi atrium. Fibrilasi atrium dengan hilangnya kontribusi atrium pada keadaan
disfungsi diastolik akan menyebabkan gagal jantung.
c. Penyakit katup jantung
(valvular disease)
Walaupun penyakit katup jantung tidak
menyebabkan PJH, hipertensi yang kronik dan parah dapat menyebabkan dilatasi
aorta, menuju pada insuffisiensi signifikan dari aorta. Selain menyebabkan
regurgitasi aorta, hipertensi juga diperkirakan mempercepat proses sklerosis
pada aorta dan menyebabkan regurgitasi mitral.
d. Gagal jantung
Gagal jantung adalah komplikasi yang biasa
terjadi pada peningkatan tekanan darah kronik. Pasien dengan hipertensi ada
yang asimtomatik tetapi memiliki risiko untuk menjadi gagal jantung (stage A
atau B menurut klasifikasi ACC/AHA tergantung apakah pasien memiliki penyakit
jantung struktural sebagai konsekuensi hipertensi), ada juga yang simtomatik
gagal jantung (stage C atau D menurut klasifikasi ACC/AHA). Hipertensi sebagai
penyebab gagal jantung kronik biasanya tidak disadari, karena pada saat terjadi
gagal jantung, disfungsi ventrikel kiri tidak mampu untuk menaikkan tekanan
darah, karena itu mengaburkan etiologi gagal jantung.
Disfungsi diastolik biasa ditemukan
pada orang dengan hipertensi. Sering juga disertai oleh LVH. Selain
peningkatan afterload, faktor lain yang berkontribusi pada
disfungsi diastolic termasuk koeksistensi CAD, penuaan, disfungsi
sistolik, dan struktur abnormal seperti fibrosis dan LVH.
e. Myocardial ischemia
Pasien dengan angina mempunyai prevalensi
hipertensi yang tinggi. Hipertensi adalah faktor risiko yang melipatgandakan
kemungkinan munculnya CAD. Munculnya iskemi pada pasien hipertensi adalah
multifaktorial. Shear stress yang berasosiasi dengan
hipertensi dan hasilnya adalah disfungsi endotel, menyebabkan
gangguan sintesis dan pelepasan poten vasodilator nitric oxide (NO).
Penurunan level NO memicu timbulnya dan mempercepat arteriosclerosis dan
pembentukan plaque. Morfologi plaque nya identik dengan pada pasien tanpa
hipertensi.
f. Aritmia jantung
Aritmia jantung biasa ditemukan pada
pasien dengan hipertensi termasuk fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel
prematur, dan takikardia ventrikel. Risiko kematian jantung
mendadakmeningkat. Berbagai macam mekanisme diperkirakan memainkan peran pada
patogenesis aritmia, termasuk gangguan struktur selular dan metabolisme,
perfusi yang buruk, fibrosis miokardium, dan fluktuasi afterload.
Semua hal tersebut dapat meningkatkan risiko takiaritmia
ventrikel. Fibrilasi atrium (paroxysmal, kronik rekuren, atau
kronik persisten) biasa ditemukan pada pasien hipertensi. Walaupun penyebab
pastinya tidak diketahui, abnormalitas struktur atrium kiri, CAD, dan LVH
ikut berperan penting. Kontraksi prematur ventrikel, aritmia ventrikel, dan
kematian jantung mendadak lebih sering ditemukan pada pasien dengan LH daripada
tanpa LVH. Etiologi aritmia ini diperkirakan adalah CAD dan fibrosis
miokardium.
Evaluasi pasien hipertensi atau penyakit jantung
hipertensi ditujukan untuk:
1.
Meneliti kemungkinan hipertensi sekunder
2.
Menetapkan keadaan pra pengobatan
3.
Menetapkan factor-faktor yang mempengaruhi pengobatan
atau factor yang akan berubah karena pengobatan
4.
Menetapkan kerusakan organ target
5.
Menetapkan factor risiko PJK lainnya
KELUHAN DAN GEJALA
Awalnya, seperti hipertensi pada umumnya
kebanyakan pasien tidak memiliki keluhan. Bila simtomatik, biasanya disebabkan
oleh:
1.
Peningkatan tekanan darah itu sendiri, seperti
berdebar-debar, rasa melayang (dizzy), dan impoten
2.
Penyakit jantung/hipertensi vaskular seperti cepat
capek, sesak napas, sakit dada (iskemia miokard atau diseksi aorta), bengkak
kedua kaki atau perut. Gangguan vaskular lainnya adalah epistaksis, hematuria,
pandangan kabur karena pendarahan retina, transient serebral ischemic.
3.
Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder, yaitu
polidipsia, poliuria, dan kelemahan otot pada aldosteronisme primer,
peningkatan BB dengan emosi yang labil pada sindrom Cushing. Feokromositoma
dapat muncul dengan keluhan episode sakit kepala, palpitas, banyak keringat,
dan rasa melayang saat berdiri (postural dizzy).
Comments
Post a Comment